Sejarah
Sejarah Desa Parakan
Parakan, adalah sebuah desa di kecamatan maleber, kabupaten Kuningan Provinsi Jawa Barat. Letak astronomis desa Parakan ini di antara 108°23" - 108°47" Bujur Timur dan 6°45" - 7°13" Lintang Selatan. Desa Parakan ini terletak di bagian tengah kabupaten kuningan, berbatasan dengan Desa Kutamandarakan di Utara, Desa Cikahuripan di bagian selatan, desa padamulya di bagian timur dan Desa pakembangan di sebelah barat. Desa Parakan terdiri atas 4 Dusun, yang dibagi lagiatas .....RT.
Desa Parakan adalah dataran rendah yang di apit oleh dua sungai besar yaitu sungai Cipedak di sebelah selatan dan sungai Cigede di sebelah utara. Di bagian utara desa berdiri gunung-gunung kecil antara lain gunung hideung, gunung herang dan gedogan. Yang dibawahnya terbentang perkebunan dan pesawahan parenca dan hawara yang subur. Sedang di bagian selatan desa terbentang pula pesawan dan pasir leutik yang menjadi tempat bercocok tanam masyarakat desa parakan.
Asal nama Parakan
Menurut berbagai keterangan nama
Parakan diambil dari kata ”parak”
dan kata ”pamarekan”. Kata ”Parak”
dalam bahasa sunda artinya tempat
tirakat / puasa, atau tempat pertapaan. Dan kata ”Pamarekan” artinya tempat
”perkumpulan” yakni tempat berkumpulnya
para jawara yang terkenal dan memiliki ilmu kadigjayaan untuk bertanding
kesaktian (ngadu elmu).
Hal ini dibuktikan dengan adanya
5 makam keramat yang sampai saat ini
masih banyak diziarahi oleh masyarakat. Seperti makam eyang dukuh, makam eyang
depok, makam eyang jatigede, makam eyang cicabe girang, makam eyang cibening,
makam eyang pasir pugag. Yang konon makam-makam keramat tersebut masing-masing
memiliki beberapa keistimewaan yang dipercaya oleh masyarakat.
Disamping
makam-makam tersebut, di desa parakan terdapat nama-nama tempat yang sangat
mirip dengan nama tempat yang layaknya
sebuah pertapaan pada zaman hindu,
seperti Sumur sijalatunda, Ciparigi (kolam), gandasoli, batu tilu,
cipamuruyan, depok dan lain-lain. Sebagaimana dijelaskan pujangga Menik yang
hidup dalam abad ke XV seorang Resi Hindu-Sunda. Dalam karyanya disebutkan
bahwa : ”Semua religious schools / petapaan yang disebutkan Pujangga Manik memiliki kelengkapan antra lain : adanya
“Beji” atau kolam, telaga, mata air, danau dan lain-lain yang melambangkan
Jalatunda. Jala artinya “air” dan Tunda artinya “yang mencuat dari tanah”.
Dengan demikian, parakan adalah
sebuah desa yang dahulunya merupakan tempat tirakat (mensucikan jiwa) pertapaan
para kesatria dan jawara untuk mencari ilmu dan kadigjayaan serta tempat
berkumpulnya para kesatria dan jawara untuk mengadu elmu kesaktian.
S e j a r a h
Dilihat dari jumlah penduduk yang
ada sekarang dan garis keturunan yang masih dapat ditelusuri, sepertinya desa
parakan mulai ditempati oleh penduduk sekitar akhir abad ke 18. Konon menurut
cerita bahwa: Parakan dahulu merupakan hutan
terpencil yang sepi dan sunyi yang diapit oleh dua sungai yakni cipedak dan
cigede. Dari letaknya yang sepi dan
sunyi, tempat ini dianggap sangat
strategis untuk dijadikan tempat
meditasi (bertapa) dengan cara tirakat (berpuasa) dan menjauhkan diri
dari keramain manusia. Sehingga tidak
heran apabila tempat ini banyak di datangi oleh para kesatria dan jawara sakti
mandraguna untuk bertapa di tempat ini. Hal ini dibuktikan dengan adanya ajir
(tempat patilasan) eyang raksajagat yang terletak di kampung parakan girang.
Bukti lain yang menunjukan bahwa
parakan sebagai tempat pertapaan adalah nama-nama tempat yang ada di desa
parakan, yang memiliki kesamaan dengan
nama tempat-tempat yang berada di padepokan/pertapaan lain di pulau jawa seperti,
jalatunda, ciparigi, gondosoli, batu
tilu, cipamuruyan dan lain-lain. Yang
mana tempat ini merupakan tempat yang masih dikeramatkan sampai dengan
sekarang.
Di Parakan juga diduga pernah
berdiri padepokan (perguruan) yang mengajarkan ilmu kadigjayaan dan kesaktian,
Dan tentu saja yang mengajarkan ilmu tersebut adalah orang-orang sakti yang
memiliki ilmu tinggi. Hal ini dibuktikan dengan
dimulyakannya makam orang-orang
tertentu yang dianggap sakti dan memiliki nilai keramat oleh sebagian masyarakat
parakan antara lain. eyang Dukuh, eyang depok, eyang cicabe girang, eyang
cibening, eyang pasir pugag dan eyang jatigede.
Dalam masa pendudukan DI TII di
kampung buah jenuk terkenl seorang tokoh yang skti mandraguna yang bernama abah
jaya, dengan kesaktian yang dimiliki oleh abah jaya tersebut kampung buah jenuk
yang merupakan tempat tinggal abah jaya pernah dibakar oleh gerombolan DI TII.
Sejarah Petinggi/Kepepmimpinan Desa Parakan
Dalam
masa perkembangannya Pemerintah Desa Parakan sejak Era Pendudukan
Hindia Belanda hingga masa Pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia saat ini, Desa Parakan telah mengalami periode sejarah
kepemimpinan sebagai berikut
1. Bapak Kuwu Dunya
2. Bapak Kuwu Emon
3. Bapak Kuwu Ahmad
4. Bapak Kuwu Suhadi
5. Bapak Kuwu Raswapi
6. Bapak Kuwu Wahdarum
7. Bapak Kuwu E. Mukaha
8. Bapak Kuwu M. Tohir
Demikian sejarah Desa Parakan, semoga dengan adanya dokumentasi Sejarah Desa Parakan ini dapat menggugah, mengenal dan memotivasi warga masyarakat terutama para pelajar , Para santri dan mahasiswa/wi untuk mengambil hal yang positip bagi kemajuan warga masyarakat dan kemajuan Desa Parakan.
Penulis,
Drs. H. Jojo Joharno M.Ag